Marah Menjadi Pasrah
Membisu dan merenung adalah sebuah keputusan yang sering diambil dikala beberapa situasi sangat mengambil alih pikiran. Ada saatnya keinginan untuk menarik diri dari ramainya lingkungan tak luput menjadi pilihan. Bukan ingin dicari, tapi keinginan untuk menghilang dari kesadaran lingkungan terdorong sendiri.
Keramaian merupakan salah satu syukur yang begitu besar dikarenakan pada saat seperti itu semua berjalan seperti baik-baik saja, tapi itu dulu sebelum asap datang.
Mungkin ini yang dinamakan sepi di tempat ramai, dan ramai di keadaan sepi. Dalam hal ini bukan hanya terkait pikiran yang begitu dahsyatnya bertengkar untuk dipahami, tetapi hati lebih memberontak untuk dituruti. Jadi pilihan apa yang harus dipilih jika keduanya sama-sama memberontak untuk dituruti? Apakah keadaan? Tentu saja, oleh karena itu diam dan bersikap bodo amat adalah jalan keluar.
Kadang disuruh untuk menceritakan masalah dan dilarang untuk mengatakan “gapapa”, sebenarnya itu tidak berpengaruh. Karena pada dasarnya semua ucapan yang terlontarkan secara paksa adalah sebuah cerita manipulatif meskipun terdapat beberapa orang yang mengetahui cerita sebenarnya.
Kembali ke tujuan awa saya menulis tulisan yang begitu membosankan ini adalah untuk mengekspresikan semua emosi yang selama ini benar-benar saya tahan. Jadi jangan berpikiran bahwa saya tidak bisa memendam.
Salah satu orang Ngawi bilang kalau saya adalah pengamat handal yang jahat karena meskipun mengetahui sesuatu, saya hanya memilih diam dan cengengesan, hingga saya diberi gelar Tri... (sebagian teks hilang) oleh karena itu dia membenci sifat saya itu. Perlu diklarifikasi bahwa saya hanya perasa bukan pengamat.
Terkait sifat perasa itu mungkin adalah salah satu masalah yang sering kali menjadi faktor saya dikatakan orang yang mengikuti mood, padahal jika pada satu waktu saya merasa ada sesuatu yang mengganjal akan benar-benar diamati sampai tahu apakah perasaan saya benar atau salah.
Terlebih lagi, saat menyesal karen telah menuruti semua ucapan dari seseorang yang pada akhirnya saya kehilangan orang tercinta tanpa menyalurkan bentuk kasih sayang. Sakit? Tentu saja, bahkan ketika mendengar namanya saja tidak mau. Tapi ketika semuanya benar-benar diluar kendali, maka sikap bodo amat adalah jalan keluar. Dan berhasil meskipun akan ada perubahan sikap nantinya.
Sebenarnya itu adalah masalah kecil yang sedikit mengganggu tapi tidak apa karena bisa dijadikan sebagai rujukan bahwa semua orang akan menelan ludahnya sendiri termasuk si penulis.
Kembali keadaan di mana keinginan untuk menghindar dari ramainya lingkungan adalah jalan keluar. Saya tipe orang pemikir dan mengikuti apa kata perasaan sehingga semua yang terlihat dan mengganjal akan benar-benar menjadi fokus utama.
Saya kesepian, tentu tidak karena banyak orang yang sering menemani di kala pikiran dan perasaan bergemuruh. Tapi akhir-akhir ini sepi adalah keadaan yang saya cari, karena benar kata orang bahwa dengan menjaga jarak bisa memahami sesuatu dari segala arah.
Pendiam, pemikir, pemurung, dan perasa adalah kombinasi yang menyenangkan karena semuanya akan bergerombol jadi satu dalam satu waktu. Sedih atau kecewa menjadi makanan setiap hari, jadi jika orang berpikir bahwa masalah yang dihadapi adalah berkaitan dengan uang berarti orang itu tidak paham bahwa perasaan dan pikiran menjadi masalah utamanya.
Kedua tempat pulang sekarang sudah terasa hambar, dan dingin. Semuanya berubah dan saya benci akan perubahan itu. Kecewa, dan marah sekarang menjadi pasrah yang parah.
Mungkin ada yang akan mencoba untuk menyalahkan atau memberikan teori terkait psikologi, tapi tidak akan ada solusi yang pasti karena hal ini menyangkut dua pusat dari keadaan psikologi manusia. Jadi, baca saja. Maaf
Sebenarnya tulisan ini adalah gambaran dari saya dua bulan yang lalu sampai sekarang. Mungkin benar bahwa masalah satu noda saja akan berpengaruh ke depannya dan saya mengaku itu sedikit benar.
Saya berpikir bahwa setiap masalah baik besar maupun kecil lebih baik jangan dipikir dan dipendam saja hingga nantinya menghilang dengan sendirinya. Meskipun pada akhirnya masalah itu meledak secara bersamaan dan itu merepotkan. setidaknya dengan itu bisa melindungi diri dari perasaan dikecewakan lagi.

Komentar
Posting Komentar