Bolehkah Bercerita?
Bolehkah aku bercerita tentang cinta?
Cinta adalah dia, sesosok laki-laki dengan mata hitam legam, bulu mata lentik, alis yang tebal, rambut sedikit keriting, dan tubuh yang sedikit kurus nan lincah Datang dengan senyum lebar memperlihatkan gigi gingsulnya yang manis. Tawa khas menjadi musik setiap hari di sepanjang koridor sekolah.
Dia, laki-laki yang tidak segan mengatakan kekurangan demi tidak memberikan ekspektasi kepada semua orang. Berekspresi penuh dengan tingkah konyol ditambah keusilan yang ia lakukan setiap harinya.
Laki-laki yang menjadi pelindung bagi teman-temannya dan sering kali menjadi tempat sambat sahabatnya. Ia juga menyukai pantai dan hujan hingga tanpa disadari setiap foto yang diposting di Media Sosial miliknya akan berhubungan dengan kedua hal tersebut.
Bagaimana ia datang dengan membawa keceriaan membuat gadis yang alergi dengan keramaian begitu terhibur dengan kehadirannya. Perlahan, laki-laki membiarkan gadis itu mengikuti kebiasaannya dengan menampilkan senyum lebarnya setiap hari.
Suatu hari, laki-laki itu berusaha mendekati gadis itu dengan berbagai cara mulai dari sering duduk bersama, berusaha berinteraksi, menyentuh, dan menggunakan media sosial. Tolol, gadis itu malah menjauh dengan alasan “bukan saatnya” dan membiarkan laki-laki itu melakukan yang ingin dilakukan. Gadis tolol itu setiap malam bergulat dengan pikirannya sendiri hingga akhirnya waktu perpisahan sudah di depan mata.
Keduanya menjadi canggung setiap kali bertemu entah apa yang terjadi diantara mereka berdua. Keduanya memilih universitas masing-masing dengan mempertimbangkan jurusan yang dipilih. Gadis itu masih tetap mempertahankan perasaan yang dimiliki kepada laki-laki usil itu hingga ada satu waktu ia mendapatkan nasehat dari seseorang untuk pelan-pelan melupakannya.
Bodohnya lagi, gadis itu mendengarkan nasehat itu tanpa memikirkan kejadian selanjutnya. Hampir satu tahun berlalu, laki-laki itu masih sendiri dan berbahagia dengan teman-temannya. Ada suatu waktu keduanya bertemu dengan keadaan yang masih canggung. Keduanya memperlihatkan pancaran mata yang sama meskipun pada akhirnya akan berakhir dengan saling melihat tanpa bertegur sapa.
Ada waktu saat mereka menjadi dekat namun gadis itu mempunyai sebuah larangan yang mengharuskan kedekatan keduanya berakhir. Terakhir kali mereka saling mengetahui kegiatan masing-masing pada hari Selasa malam yang mana Gadis memberikan suasana gelap dan laki-laki itu memberikan suasana ceria.
Laki-laki dengan kekurangan yang sudah ditambalnya pergi dengan membawa kenangan tak terlupakan. Matanya tertutup rapat, bibirnya menampilkan senyuman seperti mengatakan “aku pamit pergi, Tetap tersenyum” sehingga tanpa sadar kedua pipi gadis itu basah.
Gadis itu setiap hari berbicara dengan laki-lakinya lewat Tuhannya, ia berharap Laki-lakinya bisa mendengarkan hatinya. Setiap saat berbicara, bercerita, dan menangis dengan menyebut nama laki-laki itu. “Datanglah lagi meskipun dalam mimpi, Aku ingin berbicara dan tertawa bersamamu lagi” harapnya.
Sampai kini, gadis itu masih melakukan kebiasaannya setiap hari dengan harapan tuhannya membiarkan ia masih bisa berkomunikasi dengan laki-lakinya. “Kamu yang bahagia, Aku tadi.. “ ucap gadis itu setiap sendiri, menceritakan segalanya kepada laki-lakinya dengan memohon kepada tuhannya.
“Aku benci melihatnya” ungkap gadis itu dengan air mata mengalir di kedua matanya mengingat perkataan orang itu. Laki-lakinya pergi, dan ia marah dengan keputusannya mendengarkan orang lain. “maaf” kata yang sering ia ucapkan pada laki-lakinya meskipun kecil kemungkinan untuk di dengar.

Komentar
Posting Komentar