Tidak Ikhlas dan Mengingat Apakah Sama?



Bagaimana bisa angin laut membawa namanya? Apakah semua angin laut mengenal dirinya? Bukankah begitu menyakitkan jika semua yang disukai mengingatkan pada seorang di masa lalu?


Sekarang ia tenang di alam yang lebih baik dari alam ini. Mungkin ia sedang tersenyum, sedangkan aku masih saja membayangkan bagaimana senyumnya di alam sana. Ia tersenyum dengan bahagianya dan pergi dengan membawa berbagai kenangan yang melakat di setiap orang. Bukankah ia termasuk orang baik?


Jika mengingat saat ia kembali kepada pemiliknya, semua pikiran terasa sangat kosong bahkan tidak bisa mengingat bagaimana perasaan kala itu. ‘menangislah’ itulah yang orang katakan tapi tanpa disadari mereka telah menyadarkan bahwa semua yang terjadi tidak patut untuk ditangisi. Baiklah ia pergi dan pasti tidak akan kembali lagi, sehingga mungkin itu yang membuat orang mengira lebih baik untuk menangis.


Entah, banyak cara agar keinginan mereka terealisasi tapi beberapa kali pula harus dipatahkan dengan kenyataan bahwa sekuat apapun ditangisi, ia tidak akan kembali. Aroma, mata, perlakuan, senyuman, dan bahkan ketika ia tidak sedang berada di mood yang baik masih tetap sama dan masih ada meskipun itu lewat ingatan atau kenangan.


Menyakitkan? Tentu saja, bahkan saat berada di jalan yang ramai masih saja ada sesosok, benda, dan kebiasaan orang mengingatkan tentang ia. Apa yang dirasakan? Jawaban apa yang harus diberikan, bukankah itu cukup mengambil pikiran? Dan saran yang sering kali didapatkan adalah ‘ikhlaskan’. Ikhlas adalah cara pertama yang dipikirkan setelah mendengar kabar kepergiannya tapi apakah mengingat termasuk dalam ‘tidak ikhlas?’.


Kembali ke masa lalu, di mana semua keceriaan dan ke randoman yang ia tunjukkan membuat seisi kelas begitu berwarna. Setiap keceriaan yang ditunjukkan menjadi sebuah kenangan yang diingat oleh semua teman. Bagaimanapun alasannya tetap sama, serta sekarang sudah tidak ada sehingga ketika semua berkumpul sudah dipastikan akan ada pernyataan ‘seandainya ia masih ada di sini’.


Tidak menyakitkan jika tidak ada orang yang mengingatkan tentang ia. Namun, lain cerita jika orang-orang membicarakan tentang semua tentang ia meskipun hanya nama. Bukan sedih, tapi lebih ke menyakitkan karena tidak ada lagi orang yang menjadi alasan seperti sekarang.


Semua foto, video, bahkan namanya tetap sama dan sulit untuk digantikan. Satu pertanyaan yang terlontarkan oleh seseorang ‘Kamu sedang tidak menyukai orang lain lagi?’, yang langsung terpikirkan saat itu adalah bagaimana semua itu akan terjadi?. Bingung harus apa dan bagaimana karena semuanya yang dilakukan selama empat tahun adalah bersangkutan dengannya.


Bagaimana cara mengakhiri tulisan tentang ia? Tidak ada cara karena semuanya terpaksa terhenti tanpa basa-basi. Apakah aku harus bilang ‘Jangan ikut skandal?’ atau hanya stiker hormat? Wkwk.


Bagaimana? Apakah harus melakukan hal yang sama? Tentu saja tidak, karena pergi tanpa kata pamit itu tidak mengenakkan. Tentu saja aku butuh ucapan selamat tinggal tapi caranya gimana? Bukankah akan sedikit menakutkan jika ia tiba-tiba mengucapkan selamat tinggal di depan mata wkwk.


Ini menyakitkan, jujur tapi harus bagaimana? Semua telah terjadi dan jika harus diperbaiki apakah ia akan kembali lagi? Bukan ia yang kembali, tapi aku yang akan pergi menyusul cepat atau lambat karena manusia pada jalannya adalah kembali kepada sang pencipta


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Cerita di Laut

🌻