Angin laut: Dasar Gadis Bodoh
”Nak…. Kamu paham dengan semua yang terjadi, kamu juga harus menjadi badut mereka untuk kesekian kalinya. Jika badanmu sudah semakin melemah, setidaknya pikiran dan hatimu masih mampu, atau jadilah kertas kosong bagi mereka dan tampung kekecewaan mereka terhadap satu sama lain meskipun itu akan lebih banyak menancapkan duri-duri beracun di hatimu,” Saran angin laut kepada gadis beramput hitam legam yang merenung dibawah pohon cemara di pinggir laut.
Rambutnya menari-nari mengikuti
arah mata angin dan matanya terus saja menatap lurus ke arah hamparan laut yang luas,
Entah apa yang Ia pikirkan. Tangannya sejak tadi menggenggam sebuah foto dengan warna putih abu-abu, yang di dalamnya terdapat empat orang
dengan masing-masing memperlihatkan sebuah keharmonisan palsu dan begitu memuakkan baginya.
”Aku kesini untuk mengadu padamu, aku
kesini untuk menjernihkan pikiranku, aku kesini hanya ingin berbicara dan
didengar. Mereka berpikiran bahwa tindakan yang dilakukan benar, meskipun
mereka tahu bagaimana dampaknya. Apakah aku harus bersikap acuh, mengikuti jalan
pikiran mereka lagi atau mengambil langkah yang berbeda?,” Tanya perempuan itu
kepada angin laut yang senantiasa menjadi penopang pikirannya selama empat tahun
terakhir.
Angin laut hanya menghela nafas dan
berusaha untuk memberikan suasana tentram yang sedang dibutuhkan gadis itu. Ia hanya
takut jika semua orang yang sedang atau berusaha mengerti gadis itu lelah
dengan semua pikiran yang ruet dan seringkali sama saja. Terlebih lagi, gadis itu
sedang kehilangan satu-satunya orang yang ia percayai.
”Terimakasih atas suasananya,” ucap gadis itu dengan senyuman yang mengembang. "Sama saja" pikir Angin laut yang sering kali bingung dengan semua ekspresi gadis itu dikarenakan sering kali berubah secara tiba-tiba.
Ada kalanya ekspresi sedih tetapi beberapa
detik kemudian berubah menjadi bahagia seperti sedang mendapatkan sebuah hadiah
dari lomba cerdas cermat di sekolahnya.
Beberapa menit setelah mengucapkan
terimakasih. gadis itu berubah lagi menjadi anak kecil yang lari kesana
kemari bermain dengan air laut yang seperti sedang mengejar langkah kakinya.
Tetapi satu detik kemudian langkahnya terrhenti dan diiringi oleh beberapa
tetesan air mata. ”Bodoh” teriak angin laut disertai dengan pusaran angin yang
mengahapus air mata gadis itu.
”Kamu tahu bahwa aku memperhatikanmu.
Setidaknya jika kamu ingin dipedulikan dan diperhatikan jangan pura-pura
bahagia seperti tadi. Tapi sekarang malah mengeluarkan air mata menyedihkanmu
itu lagi. Jangan selalu ingin ditebak, orang-orang
yang memperhatikanmu ada kalanya akan bosan dengan tingkah yang kamu tunjukan
itu. aku muak, paham?,” ucap angin laut dengan marahnya
Gadis itu tersenyum dengan manisnya
sehingga membuat angin laut terdiam seketika.
”Aku hanya mencoba untuk menghipnotis
pikiranku agar tidak memikirkan keruetan yang disebabkan oleh mereka. Jika kamu
merasa aku hanya ingin mendapatkan perhatian, maka tanamkanlah pikiran itu
dipikiranmu sehingga kamu tidak perlu repot-repot mengurusi manusia seperti aku,”
ucap gadis itu disertai dengan senyum ceria yang ditunjukkan.
Angin laut hanya diam dan
memperhatikan makna dari senyuman yang ditunjukkan oleh gadis itu. apakah aku
keterlaluan? Pikirnya. Namun beberapa saat kemudian, angin laut sudah kembali
menjadi penenang gadis itu.
”Terimakasih atas ketenangannya, lain
kali aku akan bermain bersamamu dan membawa beberapa cerita yang semoga saja
berbeda. oh iya… untuk saranmu tadi, aku akan berusaha untuk melakukannya,”
pamit gadis itu dengan senyum yang masih melekat di bibir pucatnya.
Namun setelah beberapa meter berjalan,
gadis itu berbalik dan bilang “Oh iyaa lupaa… Jika dia datang kesini, aku minta
tolong berikan ketenangan yang sama karena pasti ada beberapa hal yang
menggangu dan mengusik pikirannya. Dan jika dia datang bergadengan tangan bersama
orang yang bukan aku, buat mereka bisa
menikmati suasanamu,” teriaknya dengan senyum yang semakin mengembang.
Dasar Gadis bodoh
Komentar
Posting Komentar