Strategi Pemasaran di Warung Kopi dan Starbucks
Perkuliahan tidak hanya identik dengan tugas tetapi dikenal
dengan masa kebebasan. Pada masa perkuliahan tentu saja kita akan sering mencari
tempat untuk meluapkan atau melupakan beban pikiran. Jika melihat pada
kehidupan sebagai mahasiswa maka tempat makan, tempat hangout, dan semacamnya
akan menjadi sebuah tempat ter-favorite.
Dengan menggunakan prinsip “Rumah Ketiga”, warung kopi bisa
menggaet pelanggannya dengan cara tersendiri, terlebih lagi mahasiswa yang
mempunyai tugas banyak sehingga menjadikan warung kopi sebagai rumah ketiga.
Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya warung kopi yang berdiri disekitar
kampus. Misalnya di daerah dekat kampus saya bisa ditemui warung-warung kopi di
sepanjang jalan menuju kampus.
Jika dilihat dari sisi ekonomi, warung kopi merupakan salah
satu tempat transaksi jual beli karena
terdapat perputaran uang hingga strategi pemasaran untuk menggaet pelanggan.
Pelanggan setia merupakan salah satu sokong untuk bisa menghasilkan keuntungan
yang besar. Selain itu, mereka juga bisa menjadi konsumen tetap jika terus
menerus membeli di warung kopi tersebut.
Strategi-strategi yang digunakan untuk menggaet pelanggan pun
beragam, mulai dari menyajikan kopi dengan aneka varian, menawarkan harga yang kantongable,
melakukan promosi di sosial media, hingga suasana nyaman yang disajikan
oleh pemilik warung kopi membuat para konsumen terutama mahasiswa betah untuk
tinggal bahkan tidur berlama-lama disana.
Namun, sangan disayangkan, sebagai masyarakat kita masih
merasa bangga jika meminum kopi ala starbucks, misalnya. Hal ini
dikarenakan minuman tersebut dianggap berkelas dan katanya hanya bisa dinikmati
oleh orang berkantong tebal. Padahal sudah jelas-jelas harga yang ditawarkan
pun berbeda-beda. Di saat orang lain mendapatkan minuman kopi dengan harga di
bawah lima ribu rupiah, mereka justru mendapatkan harga dua kali lipat hanya
untuk sebuah kopi.
Tentu saja hal itu menggambarkan bagaimana mereka terlalu
membanggakan merk-merk global. Padahal kopi yang digunakan di starbucks
merupakan kopi dalam negeri. Sangat lucu jika banyak orang yang dengan bangga
membeli kopi di kedai tersebut, dan rupanya mereka adalah manusia yamg dikalebuhi
oleh sebuah brand.
Kembali ke perekonomian, ketika kita membeli di warung kopi
maka kita akan membantu perekonomian warga lokal tanpa harus mengimpor kopi
dari Negara lain. selain itu, dengan banyaknya warung kopi, kita bisa
mengembangkan perusahaan kopi lokal dan juga warung kopi di pinggir jalan.
Perkembangan penikmat kopi telah membuat industry kopi untuk
tahun ini akan tumbuh sebesar 20%. Perkembangan tersebut akan terus meningkat
jika warga lokal sadar untuk membeli kopi asli Indonesia dan dari perusahaan
lokal. Bayangkan saja, missal setiap warung kopi menjual seratus cangkir kopi
dalam sehari dengan jarga tiga ribu ruapiah, maka pemilik kopi akan mendapatkan
penghasilan sebesar tiga ratus rupiah dalam sehari. Tetapi jika harga kopi
dinaikkan menjadi lima ribu rupiah, maka sudah membantu dalam pemulihan
perekonomian para pemilik warung kopi.
Alangkah baiknya jika ingin warung kopi tetap eksis dan
perekonomian warga masih berjalan, kita perlu berkontribusi seperti sebagai
konsumen yang mendukung dan membeli
produk yang ditawarkan tanpa perlu ada rasa gengsi. Jika warung kopi bisa
menyajikan varian kopi, kenapa harus memilih kopi di tempat yang mahal?
Kedai kopi asal Amerika Serikat ini menggunakan taktik logo
yang digunakan untuk memberikan sebuah kepuasan kepada pelanggan. Hal
ini dapatkan dibuktikan dengan cangkir, dan barang-barang lain yang terdapat
logo starbucks. Dengan menggunakan taktik tersebut membuat nilai tambah
pada sebuah barang yang tadinya biasa saja.
Selain itu, diketahui 99% kopi yang diproduksi berasal dari
seluruh dunia, terutama Indonesia. hal ini sangat menguntungkan pada pemasaran
dikarenakan pelanggan sering menginginkan produk yang tentunya berbeda.
Semakin maju perkembangan zaman termasuk juga keberadaan
teknologi yang canggih membuat sebagian besar anak muda sibuk dengan gawai
masing-masing, sehingga interaksi antar sesama makin luntur. Oleh karena itu,
interaksi yang tidak kita dapatkan di lingkunga sehari-hari bisa kita dapatkan
saat di warung kopi.
Komentar
Posting Komentar