Resensi Buku



Judul buku : Demokrasi La Raiba Fih

Penulis Buku : Emha Ainun Nadjib

Penerbit Buku : Penerbit Buku Kompas

ISBN :978-979-709-427-0


Bukua yang berjudul ” Demokrasi La Raiba Fih” merupakan buku yang di tulis oleh Emha Ainun Nadjib atau sapaan akrabnya adalah Cak Nun. Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun merupakan seorang penulis sekaligus seniman, budayawan, penyair, cendikiawan, ilmuwan, sastrawan, aktivis-pekerja sosial, pemikir dan juga kiyai.


Dalam buku ini, Cak Nun atau Mbah Nun lebih memfokuskan pada kegiatan demokrasi yang ada di Indonesia. banyak yang berpendapat bahwa demokrasi Indonesia saat ini dikatan mengalami penurunan. Bahkan menurut bapak Wijayanto, selaku direktur Center For Media and Democracy LP3ES berpendapat bahwa pada akhir 2019 sudah memperkirakan adanya kemunduran demokrasi pada tahun 2020.


Pernyataan tersebut juga bisa kita lihat sekarang ini salah satunya yaitu banyak rakyat Indonesia yang tidak berani mengeluarkan pendapat pribadi karena takut akan di tahan oleh pihak kepolisian. Hal ini terbukti dengan penangkapan dua aktivis Dabdhy Dwi Laksono dan Ananda Badudu dituduh telah melanggar UU ITE yaitu dianggap telah membuat kicauan terkait kondisi Papua yang menyebar kebencian dan perpecahan.


Penangkapan kedua aktivis tersebut tentu menimbulkan reaksi yang cukup besar di masyarakat karena kedua aktivis tersebut hanya melakukan sesuatu yang tidak melanggar pasal pidana apapun. Hal ini membuktikan bahwa suara rakyat dapat di bungkam oleh berbagai aparat karena dianggap bahwa kritik atau pendapat yang disampaikan oleh masyarakat adalah bentuk kritik yang buruk terhadap pemerintah. Pertanyaannya adalah apakah pemerintahan Indonesia akan semakin baik kalau tidak ada yang mengkritik?.


Dalam buku ini, Cak Nun atau Mbah Nun memberikan sebuah ungkapan tentang para calon Bupati, Gubernur dan sebagainya sebagai orang yang pelit. Pernyataan tersebut di ungkapkan oleh orang-orang yang ada di Warung kopi dan juga tukang becak. Orang-orang tersebut mengatakan bahwa kotoran yang di keluarkan oleh calon gubernur atau semacamnya itu saja tidak boleh di sentuh apalagi hal-hal yang lebih dari itu.


Tentu saja uangkapan itu sangat membuat gelak tawa para pembacanya. Meskipun dalam cara pemilihan bahasanya yang sangat lucu, namun arti dalam bahasa tersebut sangat tajam dan berfungsi untuk megkritik calon-calon para pemerintah. Dalam hal ini, saya antara setuju dan tidak setuju karena jika kita pikirkan bersama, pasti ada calon kepala pemerintahan atau yang sudah menjadi kepala pemerintahan yang peli, tetapi ada lagi yang tidak pelit atau di sebut dermawan.


Dalam buku, setiap kata yang dituangkan oleh Cak Nun atau Mbah Nun juga terdapat berbagai ungkapan yang di tuangkan dan di campur dengan sebuah agama. Percampuran tersebut sangat normal karena Cak Nun atau Mbah Nun sendiri adalah seorang kiayi.


Berbagai pendapat yang di ungkapkan oleh Cak Nun atau Mbah nun adalah demokrasi di Indonesia sendiri lebuh tinggi derajatnya daripada tuhan. Hal ini maksdunya, jika urusan agama akan di ketahui atau di jalankan oleh pribadi kepada Tuhannya, sedangkan demokrasi antara pribadi, kelompok dan juga pemerintahan.


Selain itu, menurut buku ini, tindakan yang dilakukan oleh pribadi dan juga kelompok kepada pemerintah sehingga apabila ada sebuah kesalahan atau sebuah peraturan yang dilanggar akan langsung di tindak lanjuti oleh pemerintah lewat aparat kepolisian atau semacamnya. Sedangkan jika berurusan dengan Tuhan atau agama tidak akan di hukum atau bagaimanapun karena hal itu hanya hubungan antara pribadi dan tuhannya.


Hal itu juga di ungkapkan oleh beberapa pembaca dari buku ini, bahwa mereka merasa bahwa demokrasi tersebut lebih tinggi derajatnya daripada Tuhan. Oleh Karen itu, meskipun terdapat sedikit kesalahan yang dilakukan oleh rakyat akan langsung di tindak lanjuti oleh aparat pemerintah atau kepolisian.


Penulisan essay yang pendek tersebut membuat pembaca nyaman dan mengerti jika membaca buku yang berjudul ” Demokrasi La Raiba Fih”. Hal ini di sebabkan oleh bahasa yang digunakan tidak hanya menggunakan bahasa yang serius tetapi juga menggunakan bahasa yang mengandung kelucuan tetapi pesan yang di ungkapkan dalam bahasa tersebut tersampaikan dengan baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Cerita di Laut

🌻