Resensi buku

Judul              : 86

Penulis            : Okky Madasari

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Halaman         : 256 Halaman

ISBN               : 9789792267693

 

Novel atau buku yang berjudul 86 merupkan karya dari Okky Madasari. Okky Madasari merupakan lulusan dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Beliau lahir di kota Magetan, Provinsi Jawa Timur yaitu pada tanggal 30 oktober 1986. Novel ini merupakan novel kedua setelah novel berjudul Entrok terbit pada bulan April tahun 2010 dulu. Pada novel ini yang menjadi took utama adalah arimbi yang merupakan seorang juru ketik di suatu pengadilan. Okky Madasari mengambil latar pengadilan dan juga dengan sebuah tema korupsi, suap,Narkoba, Lgbt, dan lainnya yang berkaitan dengan polisi dan juga kpk. Alas an Okky mengambil tema seperti itu, karena dulu Okky Madasari merupakan seorang Wartawan sehingga banyak sekali kejadian yang diketahui oleh Okky Madasari sehingga di tuangkan dalam sebuah Novel yang berjudul 86 ini.

            Kata atau ucapan “86” dalam novel ini ucapan saat melakukan sebuah suap atau bisa di sebut sebagai pelicin. 86 biasanaya sering berkaitan dengan seorang polisi. Dalam novel 86 merupakan sebuah ucapan saat seorang yang melakukan suap. Suap sendiri merupakan sebuah perilaku yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan harta benda baik itu uang maupun benda lainnya. Orang yang melakukan suap biasanya didasari oleh kebutuhan dan juga kesempatan tetapi juga bisa jadi karena keserakahan. Jika melihat dalam novel ini, perilaku suap yang dilakukan oleh Arimbi karena alasan dan kebutuhan. Dalam kasus ini, suap bisa dikatakan sebagai sesuatu yang sudah biasa dilakukan oleh orang- orang pemerintahan ataupun orang atau rakyat kecil seperti kita. Tidak bisa tutup mata bahwa kita pasti melakukan suap.

Jika berbicara soal suap, di Indonesia sekarang banyak sekali orang ynag melakukan suap bahkan orang seperti kita, ciontohnya yitu saat kita ingin membuat SIM atau KTP pasti ada diantara kita yang menggunakan uang untuk mempercepat prosesnya atau bisa disebut menggunakan orang dalam. Dalam hal ini, di daerah kita masing- masing pasti ada orang pemerintahan yang bisa di suap tidak terkecuali juga dengan polisi dan semacamnya. Jika berbicara masalah suap menyuap, di daerah saya sendiri sering juga terjadi dan itu dilakukan oleh orang terdekat. Namun, sangat di sayangkan bahwa seorang polisi juga bisa disuap karena seharusnya polisi menjadi orang yang memiliki integrasi yang tinggi sehingga tidak bisa disuap dengan apapun tetapi saying sekali kata integrasi hanya tinggal sebuah kata yang tidak memiliki sebuah perilaku yang menunjukkannya. Perilaku suap yang sering terjadi di skeitar kita adalah saat ingin membuat SIM. Saat ingin mendapatkan SIM tersebut, kita pasti melakukan ujian baik itu ujian materi maupun ujian praktek. Oleh karena itu, kebanyakan diantara kita yang lebih baik membayar uang yang tidak sedikit dibandingkan dengan melakukan ujian tersebut yang bisa memakan waktu tidak hanya satu hari atau dua hari. Semakin tahun orang yang ingin membuatatau ingin mendapatkan SIM harus membayar dengan sangat mahal. Selain dalam proses mendapatkan SIM, yaitu adalah saat kita ingin membuat KTP. Biasamya proses membuat KTP tidak seribet saat ingin mendapatkan SIM tetapi untuk mendapatkan KTP tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit dengan alasan Kertas atau apanya itu sedang tidak tersedia. Oleh karena itu, orang lebih memilih untuk membayar uang kepada pegawainya agara cepat mendapatkan KTP.

Selain masalah suap, dalam novel ini juga di gambarkan bagaimana korupsi sering menjadi suatu permasalah di pengadilan tetapi jarang sekali terkespost oleh media karena suap yang terjadi dalam pengadilan. Jika berbicara masalah korupsi, di Indonesia sendiri merupakasalah satu Negara yang angkat korupsinya sangat tinggi. Korupsi sendiri tidak hanya dilakukan oleh DPR dan sebagainnya tetapi juga para Menteri, baru- baru ini ada dua menteri yang terlibat kasus korupsi. Kapan Indonesia akan maju,jika seorang petinggi Negara sangat terampil sekali saat melakukan korupsi. Selain banyaknya petinggi Negara yang melakukan korupsi, banyak sekali perangkat desa termasuk kepala desa itu sendiri melakukan korupsi. Korupsi di Indonesia sudah berada di tingkat kronis karena banyak sekali pejabat-pejabat pemerintahan yang melakukan koruspsi dan juga banyak yang tidak diketahui. jika melihat koruptor kita pasti dapat menyimpulkan bahwa koruptor adalah orang termiskin dari orang miskin kenapa? Seberapapun mereka mempunyai harta, mereka tidak merasa cukup tetapi kita sebagai orang miskin saja masih bisa bersyukur lah mereka yang kebanyakan otaknya berpendidikan, rumah mewah, kendaraan mewah dan segala kemewahan lainnya tetapi saying sekali jiwa mereka terlalu rendah untuk dibandingkan oleh jiwa orang miskin seperti kita.

Kasus narkoba sering kita dengar dan mungkin beberapa tahun terakhir kata Narkoba merupakan sesuatu yang sangat familiar di telinga kita. Narkoba tidak hanya bisa dilakukan di luar penjara tetapi dalam penjara sendiri, perdagangan Narkoba sangat lancear sekali. Ya tidak lancar gimana kalau polisinya sendiri bisa disuap ha ha aha. Hukuman yang di berikan oleh pemerintah terhadap Bandar Narkoba adalah hukumana mati dan itu sudah di buktikan. Narkoba sering mengintai para pemuda Indonesia karena kita ketahui bahwa kemajuan suatu Negara tergantung bagaimana perilaku pemudanya. Sehingg ini menjadi kelemahan Indonesia sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Cerita di Laut

🌻