Resensi Buku
Judul :
Time Machine (Mesin Waktu)
Penulis :
Herbert George Wells
Penerbit :
OCTOPUS Publishing House
Halaman : 150
Halaman
ISBN :
978-602-72743-7-6
Time Machine atau terjemahannya adalah Mesin Waktu merupakan
karya tulis dari Herbert George Wells. Pria Inggris tersebut lahir pada tanggal
21 September 1866 di Bromley, Kent. Dia berprofesi sebagai Novelis, Pengajar,
Sejarawan, dan juga jurnalis. Selain itu, ia di juluki sebagai “Bapak Fiksi
Ilmiah” di karenakan dalam setiap karya buatannya menonjolkan ilmu-ilmu teori
yang di gabungkan dengan fiksi.
Buku Time Machine ini di tebitkan pertama kali pada tahun
1895 dan pada tahun 2016 baru mendapat versi bahasa Indonesianya yang di
terbitkan oleh Octupus Publishing House dengan judul yang sama. Selain buku
Time Machine ini, terdapat buku yang berjudul The War of the Worlds yang juga
tidak kalah popular dengan buku Time Machine.
Dalam buku ini yang menjadi gambaran adalah pada abad 19 dan
sampai masa depan, tepatnya pada tahun 802.701
dan keadaan pada saat itu sangat berbeda dengan keadaan sekarang.
Buku Time Machine
merupakan fiksi ilmiah yang terkenal sepanjang sejarah karena buku ini
menceritakan tentang perjalanan waktu yang pada akhirnya dapat membuat dan
menciptakan mesin waktu yang pada masa kini masih dianggap tidak mungkin. Mesin
waktu diyakini dapat merubah sebuah realita yang akan terjadi maupun sudah, hal
ini dapat merusak segala sejarah.
Pada awalnya terdapat beberapa orang yang ingin membuktikan
keberadaan mesin waktu, salah pakar Astrofisika asal Amerika Serikat, Ron
Mallet tergugah pikirannya setelah membaca buku ini. Dia menghabiskan sekian
banyak waktu hidupnya hanya untuk membuktikan keberadaan masa lalu dengan teori
Einstein. Keinginan tersebut dikarenakan ia ingin bertemu dengan ayahnya yang
sudah meninggal. Ron Mallet adalah salah satu orang yang mendukung keberadaan
mesin waktu dengan dalih memperbaiki kesalahan atau mengulang hal-hal yang
menyenangkan.
Selain itu, dalam buku ini terdapat gambaran bagaimana
kelas-kelas yang ada di masyarakat yaitu dapat di ketahui melalui suatu
gambaran dalam buku dimana terdapat dua ras yaitu ras Elio yang hidup di atas
tanah dan juga ras Morlock yang hidup di bawah bumi. Ras Elio adalah
penggambaran ras atas, namun mereka masih meminta makanan pada Morlock. Namun,
ras Elio masih menganggap ras seberang masyarakat yang hidup di bawahnya, atau
rendahan. Seperti halnya petani yang melayani pangan semua orang baik tinggi
atau rendah, namun pekerjaan petani dianggap klaster bawah. Walaupun ada sebuah
perbedaan yang mencolok seperti kasta, namun manusia tetaplah manusia, makhuk
yang harus bisa bersosialisasi atau bersama.
Selain itu, Herbert George Wells juga memberikan sebuah
gagasan sains yaitu mengatakan bahwa dimensi keempat bisa juga di anggap
sebagai waktu dan tidak perlu sebagai ruang. Terdapat satu kutipan yang
menjelaskan bahwa dimensi empat itu ada.
”Bahwa bentuk nyata itu harus memiliki perhitugan keempat
arah, yaitu panjang, Luas, Lebar dan massa. Namun, melalui penyempurnaan dari
kekurangan yang ada, aku akan menjelaskan bahwa kita cenderung mengabaikan
fakta. Memang benar ada empat dimensi, tiga diantaranya kita sebut tiga bidang
ruang, dan yang keempat adalah waktu. Namun, kita akan menemukan perbedaan yang
idak nyata di antara tiga dimensi yang lebih dulu ada dan terakhir ada karena
kesadaran kita sedikit demi sedikit berubah hingga kita menyadarinya di akhir
hidup kita” –Time Machine, hal 3
Dalam kalimat tersebut menjelaskan bahwa dimensi bukan hanya
ada dimensi dua dan dimensi tiga tetapi terdapat pula dimensi empat. Dimensi
keempat adalah cara lain untuk melihat waktu.
Kalimat yang ada dalam buku ini sangat mudah di pahami karena
menggunakan kata-kata yang tidak terlalu ilmiah sehingga para pembaca bisa mengerti dengan mudah alur yang dipersembahkan
dalam buku. Terdapat pula beberapa istilah sains yang sulit di pahami
masyarakat awam.
Selain itu, sangat sulit untuk mengetahui makna dari
covernya. Saat pertama kali melihat covernya tersebut saya kira penulis akan
menggunakan hewan sebagai tokoh dalam buku tetapi ternyata tidak. Tentu saja
hal itu telah memberi persepsi yang salah kepada pembaca tentang isinya. Apakah
mungkin dengan adanya cover yang mengecoh tersebut merupakan bagian dari
strategi penjualan.
keberadaan suatu karya fiksi ilmiah itu sangat bagus karena
dengan menggunakan fiksi ilmiah kita bisa menjadi dasar atau menjadi inspirasi
dari teknologi yang akan datang. Sebagai contohnya adalah Transformer, jika
suatu saat ada orang yang bisa menjadikan mobil menjadi robot yang bisa
berbicara dan bisa berpikir, mungkin dunia akan di penuhi dengan robot-robot
yang bisa berpikir dan berbicara seperti manusia.

Komentar
Posting Komentar