Resensi Novel


Judul               : Perempuan Titik Nol

Karya              : Nawal el - Saadawi

Penerjemah      : Amir Sutaarga

Penerbit           : Yayasan Obor Indonesia

Halaman          : XIV + 156 Halaman

ISBN               : 979-461-040-2

            Buku yang berjudul Perempuan Titik Nol merupakan karya dari Nawal el – Saadawi berdasarkan kisah nyata. Nawal el – Saadawi sendiri merupakan seorang dokter dan penulis berkebangsaan Mesir. Ia sendiri lahir pada tanggal 27 Oktober 1931 di Kafir Tahlah, Mesir. Nawal el – saadawi dikenal sebagai penulis Novel dan pejuang hak- hak perempuan yang bisa dilihat dari buku- bukunya. Dalam buku- bukunya menggambarkan keadaan perempuan Mesir dan Dunia Arab. Pada tahun 1972, ia di bebastugaskan dari jabatan sebagai Direktur Kesehatan Masyarakat Mesir karena menerbitkan buku yang berjudul woman and sex . dan pada tahun 1981, Nawal di penjara dan dibebaskan satu bulan setelah presiden Anwar Sadat terbunuh.

            Dalam cerita buku ini yang menjadi tokoh utama adalah seorang perempuan yang bernama Firdaus yang sejak kecil sudah mengalami pelecehan sesual yang di lakukan oleh teman sebayanya dan juga pamannya. Setelah menginjak dewasa, ia di paksa menikah oleh pamannya dengan seorang laki- laki yang sudah berusia tua yang memiliki sebuah penyakit pada wajahnya. Dalam pernikahan tersebut Firdaus mengalami kekerasan yang sering dilakukan oleh suaminya itu. Sehingga pada suatu hari Firdaus memutuskan untuk kabur dan kemudian rentetan peristiwa telah ia lalui mulai dari percintaan yang berujung kesedihan dan juga peritiwa yang membuatnya menjadi pelacur. Keadaan tersebut membuat Firdaus berpikir bahwa tidak ada keadilan bagi Perempuan di mesir dan juga ia berpikir bahwa lebih baik menjadi pelacur daripada menjadi istri yang di perbudak oleh nafsu suaminya dan diperlakukan semena-mena. Firdaus terus menekuni pekerjaannya yaitu menjadi pelacur yang sukses dengan bayaran termahal di Mesir.

Rentetan peristiwa telah membuatnya sekuat baja, sehingga pada suatu hari ia membunuh seorang germo karena dia melakukan pembelaan terhadap dirinya yang terus saja mengalami eksploitasi. Kejadian pembunuhan tersebut menyadarkannya bahwa kenapa dia dari dulu tidak memberontak. Setelah pembunuhan itu ia di penjara dengan hukuman mati. Firdaus di hukum mati dan ia menerima hukuman tersebut dan tidak mau menerima keringanan kepada rakyat mesir karena menurutnya perbuatan yang ia lakukan tidak salah dan hanya bentuk dari sebuah pembelaan terhadap dirinya sendiri.

Keadaan yang dialami oleh Firdaus merupakan bentuk eksploitasi terhadap perembuat, kurangnya keadilan bagi perempuan dan juga perempuan selalu di nomor duakan daripada laki- laki. Saat kalian membacanya, kalian akan tergoncang dengan apa yang ada pada ceritanya karena semua kekerasan baik itu kekerasan seksual maupun kekerasan fisik selalu terjadi pada Firdaus. di mesir saat itu menganggap bahwa laki- laki adalah dewa dan perempuan di jadikan sebagai budak dan pemuas birahi atau nafsu laki- laki saja.

Kita bisa melihat keadaan psikologi Firdaus, bagaimana ia menanggung beban- beban dalam dirinya sendiri sehingga membuat saya begitu tersentuh. Mungkin wanita sekarang tidak akan sanggup jika diberi cobaan seperti yang firdaus alami selama hidupnya. Peranan seorang perempuan masih saja di ragukan oleh laki- laki sehingga seringkali laki- laki melakukan sesuatu yang menjadikan perempuan sebagai pelampiasannya.

Setelah membaca ini bukankan kesetaraan gender harus di perjuangkan? Meskipun sekarang di kota- kota besar, para perempuan sudah ada yang bisa menyetarakan dirinya dan tidak mengalami penindasan, tapi perempuan- perempuan di pelosok desa pasti ada yang masih mengalami ketidakadilan seperti di paksa menikah oleh orang tuanya dan juga di jadikan sebagai bahan dagang oleh laki- laki.

Keadaan sekarang justru perempuan yang menghilangkan atau membuang harga dirinya dan memberikan tubuh mereka kepada laki- laki yang belum sah menjadi suaminya. Kejadian itu bukan satu dua kali terjadi, bahkan ada yang sampai melahirkan dan menelantarkan anaknya di depan rumah orang. Sekarang bukan hanya laki- laki yang salah tetapi juga bagaimana seorang perempuan memberikan tubuh dan harga dirinya kepada laki- laki atas dasar cinta. Kejadian yang terjadi pada firdaus merupakan kebalikan dari kejadian yang terjadi pada perempuan sekarang.

            Perempuan adalah makhluk yang perlu di lindungi, bukan karena mereka lemah tetapi karena pada kenyataannya keberadaan laki- laki adalah sebagai pelindung dari seorang perempuan bukan malah sebaliknya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Cerita di Laut

🌻