Resensi Buku


 

Judul               : Bumi Manusia

Penulis             : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit           : Lentera Dipantara

Halaman          : 551 Halaman

ISBN               : 978-979-97312-3-4

            Novel yang berjudul Bumi Manusia ini pertama kali terbit pada tahun 1980 dan sampai menjadi salah satu buku yang di gemari oleh para pemuda. Buku ini merupakan buku pertama tetralogi buru yang kemudian terdapat tiga lanjutan buku lagi. keberadaan buku Bumi Manusia ini sangat di gemari oleh pemuda- pemudi karena memiliki jalan ceritan dan isi cerita yang mengandung pelajaran dan juga nilai sejarah. buku ini bukan hanya menceritakan dari satu sisi tetapi menceritakan dalam beberapa sisi. Dalam buku ini tidak menonjolkan salah satu gender tetapi merata sehingga buku ini merupakan salah satu buku sastra terbaik yang di tulis oleh salah satu penulis sastra terbaik yaitu Pramoedya Ananta Toer. Buku ini sempat mendapat kecaman karena di anggap mengandung ajaran marxisme dan juga leninisme yang merupakan ajaran yang di larang pada orde baru.

            Penulis seperti memberi pesan bahwa dengan kita berilmu, kita tidak akan kalah dengan bangsa- bangsa di dunia, terlihat dari bagaimana kita bisa mengetahui berbagai ajaran yang di sebutkan dalam cerita buku ini. Setiap kalimat yang di sampaikan dalam buku ini mengandung banyak sekali maksud dan pembelajaran yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari- hari. Dan juga penulis memberikan beberapa pandangan di setiap tokohnya, sehingga kita tidak bisa menilai siapa yang salah dan siapa yang benar dalam peristiwa pada cerita buku ini.

            Dalam buku ini banyak melibatkan Ilmu pengetahuan yang akan menambah wawasan kita. Dalam buku ini terdapat titik dimana, membaca merupakan kunci dari sumber pengetahuan dan juga ketika saya membaca, sepertinya penulis ingin menunjukkan bahwa ilmu tidak hanya berasal dari sekolah teteapi juga bisa berasal dari lingkungan dan orang  lain (bukan guru). Pendapat ini di perkuat dari bagaimaan minke mendapatkan ilmu salah satunya adalah nyai ontosoroh yang pada cerita pada buku ini merupakan seorang perempuan yang dijual oleh orang tuanya kepada orang eropa sebagai gundik (bukan istri sah) yang pada saat itu merupakan satu hal yang dicemooh oleh masyarakat umum.

            Buku ini bukan hanya menunjukkan masalah kedudukan atara pribumi yang selalu mengagung- agungkan orang eropa, tetapi juga menceritakan bagaimana seorang pribumi menjadi orang cerdas yang di hormati oleh orang eropa. Orang itu adalah minkey, minkey merupakan seorang laki- laki yang memiliki pemikiran seperti orang eropa yang bersekolah di H.B.S dan bergaul dengan orang- orang eropa. Keberadaan minkey dalam cerita ini menambah kesan bahwa bangsa Indonesia bisa menjadi seperti bangsa eropa jika para anak- anak muda di Indonesia giat dalam membaca terutama buku- buku sastra.

            Keberadaan Annalies pada carita ini menambah nilai plus didalamnya karena sebagian orang menyukai buku atau novel yang bergenre romantis dan jarang sekali membaca buku atau novel bergenre fiksi seperti ini. Kisah percintaan yang dialami oleh Minkey dan Annalies bukan tanpa halangan, karena dimana posisi Annalies waktu itu merupakan seorang anak dari gundik orang eropa yang di pandang rendah oleh masyarakat umum dan juga merupakan orang yang keturunan eropa dan Minkey merupakan pribumi. Kelas orang eropa pada saat itu lebih tinggi dari pada orang pribumi. Pandangan rendah terhadap pribumi dikaitkan dengan cacing- cacing yang selalu saja tunduk terhadap Eropa.

            Dengan adanya kelas- kelas dalam masyarakat tersebut, hukum pada saat itu juga terlalu pemilih dan cenderung selalu tidak adil terhadap pribumi, pernyataan tersebut berkaitan dengan peristiwa yang di alami Minkey, Nyari Ontosoroh dan Annalis, yang mana hukum selalu memojokkan orang pribumi dan selalu memihak pada orang Eropa. Keadaan hukum tersebut seperti menjadi cerminan hukum sekarang yang mana meskipun Indonesia selalu menggemakan namanya Keadilan tetapi tetap saja yang memenangkan perkara atas hukum adalah orang yang merupakan golongan menengah keatas. Kejadian tersebut sering kali terjadi dan kita sering mendengarnya.

            Nyai Ontosoro di gambarkan sebagai wanita yang berpengetahuan tinggi meskipun tidak sekolah dan juga merupakan orang jawa yang di kenal dengan ketaatan terhadap norma dan tradisi. Namun walaupun begitu, cerita dimana saat terjadi hubungan suami istri yang tidak seharusnya di lakukan oleh Annalies dan Minkey justru seperti memperlihatkan bagaimana Ontosoro yang membiarkan begitu saja, bahkan juga dalam sepenggalan penjelasan dari tokoh dokter dalam cerita itu, menggambarkan Nyai Ontosoroh tidak memperhatikan anaknya dengan baik dan lebih fokus pada dendam, kemarahan terhadap tuannya dan selalu fokus pada perusahaannya sendiri sehingga menyebabkan Annalies mengalami kesepian pada dirinya.

            Jalan cerita yang menarik dan juga sangat mudah di pahami oleh pembaca membuat pembaca tidak bingung pada ceritanya ditambah dengan menampakkan cerita yang romantis sehingga tidak terlalu fokus pada kehidupan hukum saat itu. Namun terdapat pula kata yang di tulis dalam ejaan lama yang membuat saya harus membaca dan memahami secara berulang. Kemudian banyak sekali istilah- istilah yang kurang saya pahami dengan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Cerita di Laut

🌻