Semua Sisi Lingkungan Arleta
Ketahuilah bahwa dunia sempit milik Arleta terlihat seperti hidup yang dibentuk oleh kedamaian. Matahari yang cerah ditambah dengan hijaunya tumbuhan di sekelilingnya, terlebih lagi bukit-bukit yang seakan ada karena senyum seseorang. Beberapa burung merak menunjukkan keindahan bulu yang dimiliki, dan kelinci melompat ke sana ke mari dengan lihainya. Segalanya terlihat tenang dan anggun jika dilihat dari mata telanjang.
Arleta, Gadis muda terlihat sedang memperhatikan bagaimana kehidupan yang ada di depannya. Matanya begitu tajam seperti teliti melihat keadaan di depan, bibir kecilnya menampakkan keseriusan, dan tangannya ditautkan satu sama lain seperti mencoba untuk menahan kekesalan. “Ar, mengapa kamu terlihat begitu memperhatikan keadaan dunia yang tenang ini dengan keadaan kesal?,” tanya kelinci yang memperhatikannya sejak Arleta berdiam diri di bawah pohon besar.
“Aku memperhatikan keadaan mereka di sini, terlihat tenang dan anggun padahal semuanya bergemuruh seperti yang terjadi di depanku sekarang,” ucap Arleta dengan mata masih fokus melihat ke arah burung merak yang berjalan dengan anggun dan begitu tenang. “Lihatlah kacaunya Merak itu,”tambahnya dengan mata jelinya.
Kelinci memperlihatkan ekspresi kebingungan, dan Arleta menyadarinya . “Merak itu terlihat sangat anggun dan tenang, aku melihatnya. Tapi, lihatlah pancaran matan yang begitu redup dan sayu seperti sedang fokus bertengkar dengan dirinya. Apakah kamu tidak menyadari bahwa dia hanya berdiam diri saja sejak tadi? Seperti sedang kehilangan beberapa fungsi akalnya,” jelas Arleta dengan serius. Kelinci begitu terkejut dengan kejelian mata Arleta, dan menyadari bahwa Merak hanya diam membiarkan bulu indahnya menampakkan keanggunan dan ketenangan, dan dia baru teringat kejadian tiga jam yang lalu di mana dua tupai sedang mengobrol. Merak hanya memperhatikan mereka dan hanya memberikan reaksi senyum hangat dan redup seketika.
“Kamu benar Ar, Keanggunan dan ketenangan sang Merak hanya menjadi cover dari keadaan dia sebenarnya,”ungkap kelinci dengan mata tertuju pada Arleta yang sejak tadi berdiam dan melihat fokus ke depan. “Kamu juga sama Ar, Tenang tapi bergemuruh” tegas sang kelinci. Arleta kaget dengan penilaian sang kelinci namun tiga detik kemudian berusaha untuk tenang dan tersenyum. “Aku memamg seperti ini, dan tidak ada alasan pikiran untuk bergemuruh, karena semuanya berjalan seperti adanya,” jelas Arleta dengan senyum khasnya. “Tolol, Aku tahu keadaanmu sebenarnya. Kamu berusaha memperlihatkan ketenangan sama seperti Merak tadi, dan kamu menyembunyikan dengan berusaha memperhatikan keadaan orang lain. Dunia yang tenang ini tidak bisa menjamin ketenangan pikiranmu. Matamu begitu sayu, senyum hangatmu terlihat dingin, dan keadaanmu yang begitu jauh sekarang. Kamu ada di sini Ar bersamaku tapi fokusmu ada di tempat lain. Barang kali kamu akan kacau jika aku tidak ada di sini, perubahan Arleta dulu dan sekarang juga sangat kentara,” jelas kelinci.
Arleta tersenyum penuh arti, “Semuanya harus terlihat tenang, pikiran tidak boleh mengganggu. Aku baik-baik saja Kelinci, hanya saja aku sedang fokus pada Merak saja,” ungkap Arleta dengan senyum yang masih saja lekat di bibirnya. “Alasanmu tidak mempengaruhi keadaanmu Ar, berbohong juga ada taktiknya dan kamu tidak menguasai itu,” Bantah kelinci dengan mata yang masih fokus pada respon Arleta yang terlihat sangat tenang.
“Tidak, bukan seperti itu. Kamu tau bagaimana aku berusaha untuk menanhannya sejak lama. Badanku masih sama tapi pikiranku seperti dikendalikan oleh banyak faktor. Aku saja bingung akan seperti apa kedepannya, dan bagaimana harus memulainya. Kamu tau, bagaimana aku kehilangan cermin ditanganku, dan bagaimana cermin itu hancur di depan mataku. Sakit, tentu saja tapi harus bagaimana? Lupakan adalah solusinya,” jelas Arleta.
Kelinci tidak habis pikir dengan pemikiran Arleta yang begitu kolot itu, “Semua yang kamu rasakan cobalah untuk diungkapkan agar ada penyelesaian. Mungkin dengan kamu bercerita orang lain bisa memberikan solusi,” ucap kelinci dengan tenang. “Solusi kadang memberikan penyesalan, mendengar dan menerima juga sering berakhir kekecewaan. Sadar atau tidak, semua orang bisa memberikan solusi untuk masalah orang lain tapi terkadang orang itu akan melakukan suatu masalah yang sama meskipun hanya tertaut beberapa waktu,” jelas Arleta. Kelinci mencoba untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh Arleta namun tetap saja tidak bisa. Dia beranggapan bahwa dirinya yang seekor hewan tidak bisa memahami maksud tersembunyi dari Arleta.
“Tenang, aku masih temanmu yang sama jadi jangan khawatir,” ungkap Arleta untuk menenangkan kelinci. “Memang masih sama tapi pandanganmu terhadap orang-orang berbeda Ar, terlihat dari cara kamu mengabaikan keberadaan orang lain meskipun kamu sadar akan keberadaanya. Kamu terlihat nyaman dengan duniamu yang sekarang, hidup mengabaikan orang lain. Apakah seburuk itu kamu memandang orang lain Ar?” tanya kelinci dengan begitu serius. “Aku tidak ingin memikirkan perkataan, panilaian, dan semua yang dulu aku jadikan sebagai beban pikiran. Aku akan menguburnya dan tidak akan aku ingat lagi, bahkan untuk sekedar memperhatikan,” jelas Arleta.
“Kamu akan kehilangan banyak orang dan meraka akan kehilanganmu Ar,” ungkap kelinci. “Memang sejak dulu aku tidak ada, jadi jangan khawatir,” jelas Arleta dengan mata sayu yang terlihat makin meredup. Kelinci hanya mengerti bahwa sekarang Arleta hanya butuh untuk berpikir, dan pikiran yang salah akan berbeda nantinya. Kelinci berpikiran bahwa gemuruh perasaan dan pikirannya sedang berada di luar batas kemampuan Arleta untuk meredamnya. “Berpikirlah dari sisi positif Ar, Emosi tidak akan menenangkan,” saran Kelinci sambil berpamitan untuk mengeluarkan hajadnya.
Arleta terdiam, tersenyum, dan kembali memperhatikan keadaan di depan matanya.

Komentar
Posting Komentar